Juni 2006
Dua minggu lalu, gadis kecilku bermain ke rumah uwanya. Meski baru pertamakali, tapi sepertinya dia merasa senang. Berlari-lari, bernyanyi, tidak minta pulang, dan tidak mau pulang. Juga sibuk mencari perhatian. Ini cerita dari papanya:
Sambil loncat dari anak tangga dia berteriak:
“uwa…uwa… lihat… aku bisa loncat.”
“loncat apa itu namanya?”
“loncat tangga.”
“o iya, bener juga ya!”
anakku kemudian sibuk bermain lagi. Baru berhenti ketika memecahkan guci, hiasan yang lumayan mahal. Tangannya langsung mendekap mulut. Matanya membulat. uwanya sibuk menenangkan:
“enggak apa-apa…main lagi sana.”
Tapi gadis kecilku rupanya merasa bersalah. Dia menjadi tenang, tidak mau lagi berlari dan berloncatan. Uwanya jadi sibuk:
“enggak apa-apa kok…gucinya bisa dilem. Ayo main lagi.”
Alih-alih bermain, gadis kecilku malah minta pulang. Sesampai di rumah lapor:
“aku pecahin guci di rumah uwa.”
“halaaah sudah minta maaf?”
“belum. tapi kata uwa enggak apa-apa kok.”
“lain kali kalau salah minta maaf ya.”
“iya deh.”
Minggu, 08 Mei 2011
Gadis Kecilku Pecahkan Guci
Posted in |
08.40 | by lintang rowe
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar