Namanya Kinara Sadina, lahir 28 November 2002. Kinara, baik hati, pemaaf, dan katanya takut hantu.Blog ini untuk merekam sebagian kegiatan Kinara, juga salah satu tanda kasih dari mama dan papa.
RSS

Rabu, 04 Mei 2011

Kinara Bingung

Jumat malam (1/12)--ketika Kinara berusia 4 tahun


Kisah ayahnya:
Kebetulan, Jumat itu ayahnya pulang awal sekitar pukul 18.00 Wib. Putri kecilku yang belum lama ini genap berusia empat tahun langsung menyambut gembira. Tapi menurut ayahnya, tingkah lakunya ada yang aneh.
 “Anak kita salting. Tersenyum-senyum sambil peluk-peluk,” ceritanya.
Tetehnya (pengasuh) mencoba berbicara. Tetapi putri kecilku langsung memotong pembicaraan sambil senyum-senyum dan mengacungkan tinju ke arah tetehnya:

“Jangan bilang-bilang nanti tak tinju,” begitu teriaknya sambil tertawa-tawa (salting).
Usut punya usut ternyata ada kejadian yang membuat tingkah lakunya menjadi salting tidak karuan. Tetehnya bercerita, siang itu putriku diam-diam menarik kursi, naik, mengambil gunting di atas lemari.
Dibawalah gunting itu ke depan kaca. Sambil mengaca kreeeesss rambut depannya yang panjang habis dipotong. Tentu tidak rapi. Dia kemudian mendatangi tetehnya dan berkata:

“Rambutku dipotong, mau pendek kayak teh is (teteh satunya lagi),” ceritanya sambil senyum-senyum.
“Hah ya ampun, coba teteh lihat.”
Tetehnya mengambil sisir dan mulai menyisir rambut putri kecilku. Saat itu, banyak rambut berjatuhan, dan putri kecilku kaget luar biasa. Tangisnya langsung pecah.
“Hoaaa..ayo keramas aja teteh (padahal biasanya dia paling malas disuruh keramas), biar rambutnya panjang lagi…hoooa.”

Setelah berhasil ditenangkan, putri kecilku mungkin mulai berpikir: bagaimana caranya memberitahu mama papanya. Maka, dia mulai merayu kedua tetehnya:
“Teh, tolong sms mama papa, bilang malam ini enggak usah pulang saja,”
“lo kenapa?”
“tunggu sampai rambutku panjang lagi,”
rayunya.
“nanti mama papa tidur mana?”
“gimana nih, nanti aku dimarahin. Rambutku jadi botak, aku malu.”




Untuk menenangkan hati putri kecilku, tetehnya memutuskan menjepit sisa rambut ke atas, hingga tak terlalu terlihat. Begitulah kisah mengapa putri kecilku jadi salting enggak karuan. Sampai waktu tidur, dia tetap tidak mau cerita pada ayahnya.
Sabtu pagi (2/12)
Jumat itu, saya pulang larut malam sekitar pukul 01.00 — berarti sudah masuk Sabtu. Pagi-pagi ketika bangun, saya pura-pura belum tahu apa-apa. Seperti biasa, bangun tidur kami berbincang dan tertawa-tawa. Beberapa waktu kemudian, saya bertanya:
“Eeeh, ngomong-ngomong, kayaknya rambutmu ada yang aneh ya nak?”
Putri kecilku langsung salting, tapi kemudian menjawab:
“Dipotong.”
“Loh siapa yang motong?”
“Aku mama, aku potong sendiri ambil gunting di atas lemari, terus aku nangis. Rambutnya banyak yang jatuh. Aku mau potong pendek aja kayak teh is.”
“oooh gitu, ya nanti kita ke salon aja.”
“aku sekarang enggak mau sekolah, malu.”
“kenapa? tetep cantik kok.”

Anakku tersenyum-senyum:
“Tuuuh kan kalau kata mama aku tetep cantik. Kalau papa pasti marah,” katanya pada dua tetehnya.
Dan begitulah, putri kecilku kembali ceria, tidak lagi peduli pada rambutnya.
======================================================
DOA PUTRI KECILKU

“mama aku mau ngaji,” kata putriku tiba-tiba.
Dia lalu mengambil buku, duduk di kasur dan mengeluarkan kata-kata sembarang dengan nada seperti orang mengaji.
Usai itu dia bilang lagi:
“mama aku sekarang mau berdoa bareng mama.”
“hayuuuk, tapi giliran kamu yang bicara ya.”
“iya deh.”
Maka, kami berdoa. Putri kecilku berujar:
“Tuhan, terimakasih karena aku punya rumah. aku pengen rumahku lebih bagus lagi. Tuhan, terimakasih karena aku sudah keluar dari perut mama. aku sayang sekali sama mama. Tuhan aku pengen sepeda roda dua. tolong bilangin sama mama supaya beliin aku sepeda roda dua, amin.”
????
Begitulah putri kecilku berdoa.
Setiap waktu, saya selalu teringat pada dua mata beningnya, juga tawa lebarnya yang aduhai manis.

0 komentar:

Posting Komentar